22/08/10

Tak Mengapa Tak Seksi


Aku suka laki-laki yang sedang merokok. Mereka seksi.

Terus kenapa kalo aku merokok kamu marah-marah?

Aku suka dia. Dia yang sedang merokok.

Iya... terus kenapa aku nggak boleh merokok?

Dia yang merokok sesekali. Saat sedang tak enak hati. Saat sedang terbebani.

Aku kalo stress merokok!

Ia membuang galau di asap tembakau. Ia menghisap asap. Lalu dihembus keluar, berharap masalah ikut berhamburan. Seksi sekali.

Aku nggak seksi ya?

Dia yang merokok sesekali. Menyendiri. Hanya ada rokok dan dirinya sendiri. Dia yang tak menghembus masalah ke lubang hidung orang. Dia yang tak melempar asap ke muka orang.

Aku kan selalu ijin ke kamu kalo mau merokok!

Ia lelaki yang memantik api dalam diam. Menghisap kali pertama dengan mata terpejam. Ia seperti menikmati. Ahh ia seksi sekali.

Dia.... ini siapa sih?

Dia. Yang pergi tiap kali ingin membuang asap. Dia yang tak mau berbagi. Dia hanya mau mencurahkan isi hatinya hanya pada sebatang rokok sialan itu! Apa hebatnya sih sebatang rokok?

Kamu nggak tau sih nikmatnya. Kamu nggak pernah merokok kan? Dia ini siapa?

Dia pergi dengan hati galau. Pergi menemui rokoknya. Saat kembali dia sudah tidak galau lagi. Apa yang dilakukan rokoknya sih? Sungguh misteri. Tapi seksi sekali.

Kamu..... suka dia?

Aku suka dia yang diam-diam pergi merokok. Dia memilih menggenggam rokok ketimbang menggengam tanganku. Aku tak dapat melepaskannya dari genggaman rokok.

Kalau aku?

Dia yang merokok menyendiri. Dia yang tak pernah mau melempar asap ke mukaku. Dia yang tak pernah berbagi padaku. Dia yang selalu misteri jika merokok.

Dia ini pasti bukan aku ya?! Aku kan selalu nggak sopan kalo merokok. Lempar asap ke mana-mana. Iya kan?

Dia lelaki yang merokok. Dia yang pergi untuk merokok. Dia yang pergi karena rokok.

Apa bedanya?

Dia yang selalu meninggalkanku pergi. Setiap galau hati. Padahal ada aku yang mau diajak berbagi. Mengapa rokok yang ia pilih? Dia selalu pergi dariku karena rokok. Dan pada akhirnya rokok membawanya pergi. Dia pergi dalam genggaman rokok

Iya iya aku ngerti. Lain kali aku juga merokoknya diam-diam deh.

Kamu bukan dia.

Tapi dia seksi! Aku nggak seksi kan? Aku juga bisa jadi seksi kalau begitu. Merokoknya diam-diam. Begitu kan yang kamu mau? Kamu nyindir aku kan? Pokonya aku mau jadi seksi buat kamu. Kamu juga harus suka kalau aku merokok! Aku mau merokok!

Sudahlah. Kamu bukan dia. Kamu tak boleh merokok. Kamu tidak seksi. Kamu mau diajak berbagi. Rokok tak boleh merebutmu seperti rokok merebutnya dariku. Aku tak mau melihatmu pada akhirnya pergi karena rokok sepertinya. Tak mengapa tak seksi yang penting aku aman mencintaimu sampai mati. Kau tak boleh pergi karena rokok. Itu tak seksi!
Janji ya jangan merokok  lagi......

****************************************

Yogyakarta 22 Agustus 2010

21/08/10

Spasi


Seindah apapun huruf terukir, dapatkah ia bermakna apabila tak ada jeda?
Dapatkah ia dimengerti jika tak ada spasi?
Bukankan kita baru bisa bergerak jika ada jarak? Dan saling menyayang jika ada ruang?
Kasih sayang akan membawa dua orang semakin berdekatan, tapi ia tak ingin mencekik, jadi ulurlah tali itu.
Napas akan melega dengan sepasang paru-paru yang tak dibagi.
Darah mengalir deras dengan jantung yang tidak dipakai dua kali.
Jiwa tidaklah dibelah, tapi bersua dengan jiwa lain yang searah.
Jadi jangan lumpuhkan aku dengan mengatasnamakan kasih sayang.

Mari berkelana dengan rapat tapi tak dibebat. Janganlah saling membendung apabila tak ingin tersandung.

Pegang tanganku, tapi jangan terlalu erat, karena aku ingin seiring dan bukan digiring.

 -Dewi "dee" Lestari-

Ngaji yook....

Untitle




Perayaan



Apa yang kita rayakan?

3 tahun. Kita telah sampai. Sampai di 3 tahun kita dengan selamat. Meski aku sudah terengah-engah. Meski hati kita sudah tak sama lagi. Cacat di sana sini, luka di kanan kiri. Sebab di pertengahan jalan kita mulai baku hantam. Saling melukai. Saling terkam. Dan agaknya telah tumbuh benci. Aku masih kelelahan untuk melakukan perayaan.

Sudah 3 tahun dan kita masih bertahan. Hati yang semula seringan bulu perlahan terasa membatu. Berat dan aku tak kuat. Belum lagi dendam yang entah bagaimana mulai kugenggam. Rindu lain yang ku tahan-tahan. Lalu kenangan yang memaksa ikut dalam pangkuan. Semua itu kubawa dengan bersusah-payah hingga kita sampai di 3 tahun. Aku sungguh lelah.

3 tahun. Dan kini aku hanya musafir yang kehabisan bekal. Botol harapanku kosong. Kotak kepercayaanku sudah habis tak bersisa. Dan perasaanku padamu..... sudah lama tak kuisi ulang. Aku sudah gersang. Jadi..... sementara kau berpikir bagaimana merayakannya, aku sudah kehabisan akal bagaimana meneruskan perjalanan ini tanpa bekal.

3 tahun. Saat aku mulai kesulitan bernafas. Sementara kau memilih sibuk menyiapkan hadiah untuk kita. Sungguh aku mulai bertanya-tanya apakah kau memiliki insang atau alat bantu nafas buatan? Hingga begitu mudah saja kulihat kau menyiapkan hadiah dan perayaan sekali jalan. Rasanya aku tak punya hadiah. Aku terlalu lelah.

3 tahun. Semakin hari kau semakin yakin bahwa kita sudah dekat dengan tujuan. Finish impian kita. Padahal seiring perjalanan, masa depan bagiku mulai mengabut. Seperti cahaya  yang kulihat di kejauhan. Tak bisa kutangkap. Hanya kupandang dengan mata yang semakin kabur. Aku hanya tinggal menunggu waktu saja sebelum titik-titik cahaya menjadi gulita.
Sudah kubilang kan.... botol harapanku kosong. Jadi bagiku masa depan sudah tak ada harapan.

3 tahun. Berkali-kali aku ingin kita tamat lebih cepat. Namun lagi-lagi kau memaksaku bertahan dan yakin aku akan kuat. Aku tak tahu kau benar atau dusta. Kotak kepercayaanku habis tak ada sisa. Aku tetap bergerak mematuhimu hanya karena masih kuingat alasan yang sama saat kau menawarkan hatimu  padahal aku tak suka.


Banyak hal yang tak bisa dipaksakan, tapi layak diberi kesempatan.

Ya.... kesempatan. Kesempatan yang aku yakin akan mengisi kembali botol harapanku. Kesempatan yang akan memenuhi lagi kotak kepercayaanku. Kesempatan akan membuat perasaanku utuh lagi.
Meski aku tak janji bahwa kesempatan membuat hatiku akan kembali seringan bulu, genggamanku akan melepaskan dendam,  rindu tak lagi ku tahan dan kenangan akan dengan suka rela kubuang. Aku sunguh tak yakin kesempatan bisa sekuat itu.

Kesempatan tak membuat jalan kita lebih mudah. Kesempatan hanya mengisi  apa yang harus di penuhinya. Perjalanan mungkin masih akan tetap gersang. Tapi kita akan melaluinya dengan hati yang tak lagi usang.

Nah kuisi penuh-penuh semua bekalku. Kau mau juga sayang? Kemarikan hatimu.... akan kubekali lebih banyak dari milikku. Inilah hadiah perayaan 3 tahun dariku.


Happy anniversary...... =))



Ps :  Tak usah berlebihan memberiku kembang mawar setaman. Itu tak tahan jaman. Beri cincin berlian saja sayang. =D